Labels

Friday, February 3, 2017

POLITIK BUSUK HANCURKAN NEGARA





Suasana politik di Jakarta saat ini sangat panas sekali, bahkan mampu menyengat masyarakat di seluruh wilayah NKRI. Hal ini jika tidak diantisipasi langkah nyata meredam emosi masyarakat, dampak yang akan terjadi adalah kehancuran bangsa dan negara.  

Bau politik busuk sangat menyengat sekali. Busuk berarti tidak baik, tidak bermanfaat, dan tidak menguntungkan. Sehingga jelas tidak dibutuhkan. Umumnya pendapat seperti ini muncul berdasarkan pengalaman dan/atau pengamatan orang yang memberikan pendapat. Karena berdasarkan pengalaman dan/atau pengamatannya politik praktis cenderung dilaksanakan dengan cara-cara yang tidak baik dan hasilnya pun tidak memberi manfaat atau menguntungkan masyarakat, maka politik dianggap "busuk".  

Upaya pembodohan rakyat berlangsung sangat sistematis, dan masif. Pilkada langsung yang seharusnya memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memilih calon pemimpinnya secara langsung menurut hati nuraninya, justru di rusak kepercayaan rakyat ini dengan menampilkan tindakan-tindakan sangat buruk sekali. Devide et impera kepada sesama rakyat dilakukan. Mengadu domba, memfitnah, bahkan upaya menghancurkan seseorang dengan pembunuhan karakter, sangat jelas terlihat dimata.

 "aku baik, aku buruk, tergantung sudut pandang kau pikirkan aku"

Sebelum membicarakan kebusukan politik, alangkah bijak jika mengetahui devinisi politik menurut ahli atau tokoh-tokoh yang valid. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun non konstitusional. Politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Berikut pandangan dari para ahli terkait dengan politik:

  1.   Aristoteles, menyatakan politik adalah "Usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama". 
  2. Joice Mitchel, menyatakan, "Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum untuk masyarakat seluruhnya". 
  3. Roger F. Soltau, "Bermacam-macam kegiatan yang menyangkut penentuan tujuan-tujuan dan pelaksanaan tujuan itu. Menurutnya politik membuat konsep-konsep pokok tentang negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision marking), kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation)". 
  4. Johan Kaspar Bluntchli, "Ilmu politik memerhatikan masalah kenagaraan yang mencakup paham, situasi, dan kondisi negara yang bersifat penting". 
  5. Hans Kelsen, "Dia mengatakan bahwa politik mempunyai dua artiyaitu sebagai berikut a. Politik sebagai etik, yakni berkenaan dengan tujuan manusia atau individu agar tetap hidup secara sempurna; b. Politik sebagai teknik, yakni berkenaan dengan cara (teknik) manusia atau individu untuk mencapai tujuan.
Jika dilihat secara Etimologis yaitu kata "politik" masih memiliki keterkaitan dengan kata-kata seperti "polisi" dan "kebijakan". Melihat kata "kebijakan" tadi maka "politik" berhubungan erat dengan perilaku-perilaku yang terkait dengan suatu pembuatan kebijakan. Sehingga "politisi" adalah orang yang mempelajari, menekuni, mempraktekkan perilaku-perilaku didalam politik tersebut. Oleh karena itu secara garis besar definisi atau makna dari "POLITIK" ini adalah sebuah perilaku atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan kebijakan-kebijakan dalam tatanan Negara agar dapat merealisasikan cita-cita Negara sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan membentuk Negara sesuai rules agar kebahagian bersama didalam masyarakat disebuah Negara tersebut lebih mudah tercapai. Wikipedia, 9triliun.com, the-diveder.blogspot.com.
Nah jelaslah bahwa politik pada dasarnya bukan membawa keburukan atau kehancuran suatu bangsa, namun kebusukan hanya dilakukan oleh oknum atau kelompok tertentu yang menghalankan segala cara untuk meraih kekuasaan. Kekuasaan yang didapat tidak melalui jalur demokrasi yang sehat secara konstitusi tetapi jalur hitam kelamPolitik busuk dilakukan oleh orang perseorangan atau kelompok, golongan organisasi serta partai politik sebagai wadah menyampaikan aspirasi politiknya.

Sebenarnya pelaku politik busuk atau kotor bukan hanya jaman sekarang, jauh sebelum Indonesia ini berdiri dan atau bukan hanya negara ini saja yang melakukan kebusukan dalam berpolitik. Pecahnya Perang Dunia adalah akibat politik busuk yang dikembangkan oleh suatu negara untuk menjajah atau menguasai suatu negara. Bahkan mulai jaman Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, hingga kerajaan Mataram, berulang kali menbgalami kehancuran kerajaan itu akibat adanya kebusukan-kebusukan politik yang dilakukan oleh pejabat negara hingga raja itu sendiri.

Dalam dunia fiksi, legenda atau seni budaya, ada satu tokoh fenomenal dalam cerita pewayangan yaitu Sengkuni, dan ada salah satu tokoh politik yang pernah membuat karakter Sengkuni dalam perumpamaan Jawa yaitu Anas Urbaningkrum lewat cuitan twitternya. Ia membuat "sanepo" Sengkuni untuk menyindir seseorang yang tidak disukainya. Dalam hal ini hanya dia sendiri yang tahu. 

Sengkuni adalah salah satu karakter tokoh pewayangan Mahabarata yang sangat terkenal akan kelicikan, keculasan, dan kebusukan pemikirannya adalah Maha Patih Sengkuni, Haryo Sangkuni, Suman. Ia merupakan paman para Korawa dari pihak ibu. Sangkuni terkenal sebagai tokoh licik yang selalu menghasut para Korawa agar memusuhi Pandawa. Ia berhasil merebut Kerajaan Indraprastha dari tangan para Pandawa melalui sebuah permainan dadu. 

Menurut Mahabharata, Sangkuni merupakan personifikasi dari Dwaparayuga, yaitu masa kekacauan di muka Bumi, pendahulu zaman kegelapan atau Kaliyuga. Dalam cerita Wayang Mahabarata Sengkuni adalah Mahapatih sekaligus merangkap penasehat raja di Kerajaan Astina yang dikuasai keluarga Kurawa.

Patih Sengkuni terkenal dengan prinsip hidupnya yang ekstrem: biarlah orang lain menderita yang penting hidupnya bahagia. Dengan prinsip hidup seperti itulah Sengkuni menjalani karirnya: munafik, licin, licik, culas, hasut, penuh tipu muslihat.

Masalah politik busuk, karakter Sengkuni yang memiliki watak munafik, licin, licik, culas, hasut, penuh tipu muslihat sangat cocok untuk menyamakan para tokoh yang bermain politik dengan cara-cara munafik, licin, licik, culas, hasut, penuh tipu muslihat.  

Politik busuk identik dengan perilaku yang suka "munafik, licin, licik, culas, hasut, penuh tipu muslihat", dan kemampuan keberanian dan keberanian melakukan hal itu membutuhkan suatu pemikiran yang bodoh dan tanpa memikirkan akibat perbuatan yang dilakukannya. Mereka tidak memikirkan akibat buruk, apalagi memikirkan akan jatuh ke neraka kelak setelah meninggal dunia. Dalam pemikiran orang yang munafik, licin, licik, culas, hasut, penuh tipu muslihat, adalah terpenuhi keinginannya
Selain Anas pada postingan sebelumnya telah dibicarakan tentang standar ganda menyampaikan suatu pernyataan, ini mengacu pada pernyataan Fadli Zon yang  memberikan pernyataan sangat bertolak belakang atas Ahok dan Fahri Hamzah, keduanya dimana keduanya sama-sama menimbulkan kegaduhan Politik atas pernyataannya. 

Dasar pemikiran dalam menyampaikan pernyataan adalah adanya kepentingan. Kepentingan sangat menentukan konsep berpikir seseorang. Bahkan sebaik apapun yang dilakukan jika orang lain tersebut tidak menyukainya, maka dipandang buruk dan akan dicari kesalahan-kesalahan yang belum tentu itu sebuah kesalahan fatal. Bahkan sekecil apapun kesalahan itu akan berakibat sangat besar bagi orang yang dibencinya.

Berbicara masalah kepentingan tentu tidak lepas dari karakternya, seseorang yang memiliki karakter buruk atau watak buruk tentu berbeda dengan seseorang yang memiliki karakter baik. Kebusukan seseorang diawali dari pemikirannya, yang diakomir dengan "niat", kemudian di operasikan dalam "ucapan" dan "tindakan".

Kalimat yang jelas dari ayat Yamaka Vagga Dhammapada bagian dari kitab Tripitaka, dijelaskan bahwa, "pikiran adalah pelopor, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalan pembentuk. Barang siapa berkata dan berbuat dengan pikiran jahat. Maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati yang mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya". Demikian juga dengan perilaku politik busuk. barang siapa yang melakukan kebohongan, memfitnah, mengancam dan atau menghancurkan seseorang karena pikiran jahatnya. Maka selain dirinya sendiri yang akan hancur juga menghancurkan bangsa dan negara ini. Demikian sedikit ulasan pandangan saya mengenai perpolitikan di Indonesia saat ini.  




 BACA JUGA
    1. Penyair Bukan Politisi

    2. Standar Ganda Fadli Zon Dalam Menilai Ahok dan Fahri Hamzah

    3. Ingat Anas Ingat Monas

    4. Toleransi Bukan Ucapan Tapi Tindakan

    5. Tanam Bibit Toleransi

     

     

     


 

No comments:

Post a Comment